KONSEP KONFLIK DAN
PENDELEGASIAN
Makalah
Disususn Oleh
Zulaikah
: SK 111 002B
Ratnasari Utami :
SK 111 004B
M.
Arofid : SK 111 006B
Retno
Wulan : SK 111 008B
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
KENDAL
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
2011
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang
Kata konflik, berasal dari bahasa Latin
confligere, yang berarti saling memukul. Dalam pengertian sosiologis, konflik
dapat difahami sebagai suatu “proses sosial” di mana dua orang atau dua
kelompok orang berusaha menyingkirkan pihak lain dengan cara menghancurkan atau
membuatnya tidak berdaya. Wujud konflik yang paling jelas adalah perang
bersenjata, dimana dua atau lebih bangsa atau suku bangsa saling tempur dengan
maksud menghancurkan atau membuat pihak lawan tidak berdaya.
Pihak-pihak yang terlibat konflik, dikuasai
oleh suatu keinginan untuk mencapai suatu hasil yang dipersengketakan. Fokus
perhatian masing-masing pihak terarah pada dua hal, pertama adanya lawan yang
menghalangi, dan ke dua adanya nilai lain yang hendak dicapai.
B.
Tujuan
Memberikan gambaran tentang manajemen
konflik yang meliputi pengertian, tipe-tipe konflik, penyebab konflik, proses
konflik dan penyelesaian konflik.
Memberikan gambaran tentang pendelegasian
yang meliputi pengertian, kegiatan delegasi wewenang, alasan pendelegasian,
kapan perawat melakukan pendelegasian dan hambatan-hambatan dalam pendelegasian.
C.
Sisrematika
Penulisan
Penulisan makalah ini dibagi menjadi 3
(tiga) BAB yaitu:
BAB I pendahuluan yang terdiri atas latar
belakang masalah yang, tujuan masalah dan sistematika penulisan.
BAB II Berisi Tinjauan teori tentang Konsep
konflik dan pendelegasian
BAB III Berisi tentang simpulan dan saran.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
KONFLIK
A.
Definisi
Konflik
Konflik berhhubungan dengan
perasaan-perasaan termasuk perasaan diabaikan, dipandang sebagaimana adanya,
diperlakukan seperti budak, tidak dihargai, diabaikan dan beban yang
berlebihan.
Marquis dann Huston (1998) mendefinisikan
konfik sebagai masalah internal dan eksternal yang terjadi sebagai akibat dari
perbedaab pendapat, nilai-nilai atau keyakinan dari dua orang atau lebih.
Littlefield (1995) mengatakan bahwa konflik
dapat dikategorikan sebagai suatu kejadian atau proses. Sebagai suatu kejadian,
konflik terjadi dari suatu ketidaksetujuan antara dua orang atau organisasi
dimana seseorang tersebut menerima sesuatu yang akan mengancam kepentingannya.
Sebagai proses, dimanifestasikan sebagai suatu rangkaian tindakan yang
dilakukan oleh dua orang atau kelompok dimana seiap orang atau kelompok
berusaha menghalangi atau mencegah kepuasaan dari seseorang.
B.
Tipe-Tipe
Konflik
Disini tipe konflik dibedakan menjadi dua
yaitu:
1.
Konflik langsung
Konflik langsug atau Direct Konflik yaitu konflik yang terjadi secara langsung yang
disebabkan perbedaan pandangan antara satu orang dengan orang lain atau
gangguan hubungan interpersonal satu orang dengan orang lain. Biasanya lebih
mudah dikontrol melalui intervensi interpersonal.
2.
Konflik Tidak Langsung
Konflik tidak langsung atau indirect konflik yaitu konflik yanng
terjadi karena perbedaan pandangan individu atau organisasi, misalnya protokol
organisasi tidak tepat secara langsung menimbulkan kekesalan staf, yang sering
kali perasaan bermusuhan diekspresikan tidak langsung, seperti tidak masuk
tanpa kabar, atau sering tidak tepat waktu. Penyelesaian konflik tak langsung
ini cenderung lebih lama daripada konflik langsung.
C.
Penyebab
Konflik
Penyebab konflik dibagi menjadi enam yaitu:
1. Perilaku
menentang
Perilaku menentang dapat menimbulkan
konflik. Manajer perawat harus menentukan perilaku bahwa seseorang yang
memperlihatkan perilaku menentang dapat menimbulkan konflik. Menentang adalah ancaman
terhadap suatu dialog yang rasional, ini mengganggu proses proses penerimaan
untuk interaksi orang dewasa
Murphy menggambarkan tiga veri penentagan
yaitu
a. Competitive Bomber
yang mudah menolak bekerja. Orang ini sering menggerutu dengan bergunam yang
dapat diterjemahkan sebagai ” Urus saja sendiri”. Mereka dengan wajah cemberut
pergi meningggalkan menajer perawat atau tidak masuk bekerja. Penenetang kompetitif
ini dapat merusak secara agresif berupa serangan yang disengaja. Apabila mereka
mendapatkan suatu respons, mereka merajut dan memaksa utuk mendapatkan dukungan
teman sejawat bahkan manajemen yang lebih tinggi.
b. Matyred Accomodator
yang menggunakan kepatuhan palsu. Mereka mampu bekerja sama tetapi juga sambil
melakukan ejekan dan hinaan. Mereka mengeluh dan mengkritikm untuk mendapatkan
dukungan yang lainnya.
c. Avoider
penantang ini menghindarkan kesepakatan dan partisipasi. Mereka tidak berespons
terhadap manajer perawat. Apabila kondisi berubah mereka menghindar untuk
berpartisipasi.
2. Stress
Konflik menimbulkan stress, ketakutan dan
perubahan dalam hubungan profesional. Kondisi-kondisi ini dapat menigkatkan
potensi konflik. Sressor termasuk “ mendapatkan tanggung jawab yang terlalu
sedikit, kurangya partisipasi dalam membuat keputusan, kurangnya dukungan
manajerial, keharusan untuk meningkatkan standar penampilan dan penyesuaian
terhadap perubahan teknoogi yang cepat”.
mempertahankan sistem pendukung untuk
pemberi perawatan. Perawat klinis merasa penat karena mencoba untuk memberikan
asuhan keperawatan kualitas timggi. Konfrontasi, ketidaksetujuan, kemarahan
adalah bukti dari stress dan konflik. Stres dan konflik disebabkan karena
kurangnya hubungan yang dilaksanakan antar manusia, ermasuk harapan-harapan
yang tidak terpenuhi.
3. Ruang
Apabila perawat harus bekerja dalam ruangan
yang sempit, mereka harus berinteraksi dengan konstan dengan anggota staf yang
lain, pengunjung dan dokter-dokter. Kondisi-kondisi seperti ini dapat
menyebabkan stres dan menimbulkan kepenatan dan pergantian.
4. Kewenangan
Dokter
Dokter-dokter dilatih untuk dapat berwenang
terhadap perawat. Perawat masa kini ingin menjadi lebih mandiri, memunyai
tanggungjawab profesional, dan tanggung gugat untuk perawatan pasien. Para
dokter kadanng-kadang melalaikan usulan-usulan mereka, yang menunjukkan mereka
tidak menginginkan umpann balik. Perawat menjadi marah bila harga diri mereka
menurun. Komunikasi gagal terutama komunikasi dua arah.
5. Keyakinan,
nilai dan sasaran
Aktivitas atau persepsi-persepsi yang tidak
cocock menimbulkan knflik. Nilai-nilai perawat dapat masuk kedalam
konflik-konfli yang berhubungan dengan persoalan secara etika yang termasuk
perimtah-perintah untuk tidak melakukan resusitasi, pernyataan-pernyataan yang
tidak manusiawi, aborsi, adikasi, AIDS dan masalah-masalah lain.
Perawat yang harus melanggar standar
pribadinya akan melawan sistem. Hal ini dapat merendahkan mereka dan
menyebabkan hilangnya harga diri dan stres emosional. Mereka harus mengetahui
bahwa keyakinan mereka, nilai-nilai dan sasaran pribadinya dihargai. Bila
perawat tidak dikenal atau dihargai, mereka merasa tidak berdaya bila mereka
tidak mampu mengontrol situsai.
6. Penyebab
lain
Perubahan menibulkan konflik yang pada gilirannya
menghalangi perubahan itu sendiri. Suasana organisasi dan gaya kepemimpinan
dapat menimbulkan konflik apabila manajer yang berbeda membuat
peraturan-peraturan yang dapat menimbulkan konflik. Maslah-masalah dapat diluar
pekerjaan dapat mempengaruhi penampilan kerja, menimbulkan masalah-masalah
disiplin dan konflik.
Usia dapat menimbulkan stress dan Konflik.
Sesuai pertambahan usia karyawan, mereka meningkatkan ketelitiandalam bekerja.
Perawat-perawat klinis tidak dapat mempertahankan kesesuaian tuntutan fisik
kerja seiring dengan semakin tuanya usia. Mereka menjadi ketakutan terhadap
kemampuanya untuk bersaing dengan perawat-perawat yang lebih muda dan dapat
menimbulkan kebencia yang mengarah pada konflik.
Komputer-komputer banyak menggantikan kegiatan
manajer perawat tingkat menengah dalam bisnis dan industri. Hal ini menghsilkan
penurunan dalam berorganisasi, dengan desentralisasi dan tingkat manajemen yang
lebih sedikit, sehingga meningkatkan tekanan untuk meningkatkan keluaran tanpa
penambahan jumlah manajer. Manajer yang lain menjadi gelisah¸cemas¸merasa tidak
aman¸dan ragu-raguakan masa depan, menghasilkan kemalasan dan konflik.
D.
Proses
konflik
Proses konflik a dibagi menjadi beberapa
tahapan yaitu
1. Konflik
laten
Tahap konflik yang terjadi terus menerus
dalam suatu organisasi
2. Felt
konflik (konflik yang dirasakan)
Konflik yang terjadi karena adanya suatu
yang dirasakan sebagai ancaman, ketakutan, ketidakpercayaan dan marah. Konflik
ini disebut juga konflik “affective”.
3. Konflik
yang nampak atau Sengaja Dimunculkan
Konflik yang sengaja dimunculkan untuk
mencari solusi. Tindakan yang dilaksanakan mungkin menghindar, kompetisis,
debat atau mencari penyelesaian konflik.
4. Refolusi
Solutin
Suatu penyelesaian masalah dengan cara
memuaskan semua orangyang terlibat di dalamnya prinsip win-win solution
5. Konflik
aftermath
Konflik yang terjadi akibat daritidak
terselesaikanya konflik yag petama, konflik ini aka menjadi masalah besar kalau
tidak segera diatasi atau dikurangi penyebab dari konflik yang utama
E.
Penyelaesaian
Konflik
1. Langkah-langkah
dalam menyelesaikan Konflik
a. Pengkajian
Analisa situasi. Identifikasi jenis konflik
untuk menentukan waktu yang diperlukan. Kemudian siapa yang terlibat dan peran
masing-masing. Tentukan jika situasinya dapat dirubah.
Analisa dan matikan isu yang berkembang.
Jelaskan masalah dan prioritas fenomena yang terjadi. Tentukan masalh utama
dari masalah tersebut. Hindari penyelesaian masalah dalam satu waktu.
Menyusun tujuan. Jelaskan tujuan spesifik
yang akan dicapai
b. Identifikasi
Mengelola perasaan. Hindari suatu respons
emotional, marah, diamana setiap orang mempunyai respns yang berbeda terhadap
kata-kata, ekspresi dan tindakan.
c. Intervensi
Masuk pada konflik yang diyakini dapat
diselesaikan dengan baik. Identifikasi hasil positif yang akan terjadi.
Menyelesaikan metode dalam menyelesaikan
konflik. Penyelesaian konflik memerlukan strategi yang berbeda-beda. Seleksi
metode yang sesuai untuk menyelesaikan konflik yang terjadi.
2. Strategi
Penyelesaian Konflik
a. Kompromi
atau Negoisasi
Suatu strategi penyelesaian konflik dimana
semua yang terlibat saling menyadari dan sepakat dengan kepentingan bersama.
Didalam manajemen keperawatan strategi ini sering diunakan oleh middle dann top manajer keperawatan.
b. Kompetisi
Strategi ini dapat diartikan sebagai win-lose penyelesaian konflik.
Penyelesaian ini menekankan bahwa hanya ada satu orang atau kelompok yang
menang tanpa mempertimbangkan yang kalah. Akibat negatif dari strategi ini
adalah kemarahan, putus asa dan keinginan untuk perbaikan di masa mendatang.
c. Akomodasi
Konflik ini berlawanan dengan kompetisi.
Pada strategi ini seseorang berusaha untuk mengakomodasi
permasalahan-permasalahan dan memberi kesempatan kepada orang lain untuk
menang. Strategi ini biasanya sering digunakan dalam suatu politik untuk
merebut suatu kekuasaan dengan berbagai konsekuensinya.
d. Smoothing
Penyelesaian konflikdengan mengurangi
komponen emosional dalam konflik. Pada strategi ini individu yang terlibat
konflik berupaya mencapai kebersamaan daripada perbedaan dengan penuh kesadaran
dan intropeksi diri. Strategi ini bisa diterapkan pada konflik yang ringan.
e. Menghindar
Semua yang terlibat dalam konflik, pada
strategi ini menyadari tentang masalah yang dihadapi tetapi memilih untuk
menghindar atau tidak menyelesaikan masalahnya. Strategi ini biasaya dipilih
bila ketidaksepakatan adalah membahayakan semua pihak, biaya penyelesaian lebih
besar dari pada menghindar, perlu orang ketiga dalam menyelesaikannya atau jika
masalah dapat terselesaikan dengan sendirinya.
f.
Kolaborasi
Strategi ini merupakan strategi win-win
solution. Pada kolaborasi, kedua unsur yang terlibat menentukan tujuan bersama
dan bekerjasama dalam mencapai suatu tujuan. Strategi kolaborasi tidak akan
bisa berjalan bila kompetisi insentif sebagai bagian dari situasi tersebut,
kelompok yang terlibat tidak mempunyai kemampuan dalam menyelesaikan masalah
dan tidak ada kepercayaan dari kedua kelompok atau seseorang.
PENDELEGASIAN
A.
Pengertian
Pendelegasian
Pendelegasian
(pelimpahan wewenang) merupakan salah satu elemen penting dalam fungsi
pembinaan. Sebagai manajer perawat dan bidan menerima prinsip-prinsip delegasi
agar menjadi lebih produktif dalam melakukan fungsi-fungsi manajemen lainnya.
Delegasi wewenang adalah proses dimana manajer mengalokasikan wewenang kepada
bawahannya.
B.
Kegiatan
Delegasi Wewenang
Ada empat kegiatan dalam delegasi wewenang:
1.
Manager perawat/bidan
menetapkan dan memberikan tugas dan tujuannya kepada orang yang diberi
pelimpahan;
2.
Manajer melimpahkan wewenang
yang diperlukan untuk mencapai tujuan;
3.
Perawat/bidan yang menerima
delegasi baik eksplisit maupun implisit menimbulkan kewajiban dan tanggung
jawab
4.
Manajer perawat/bidan menerima
pertanggungjawaban (akontabilitas) atas hasil yang telah dicapai.
C.
Alasan
Pendelegasian
Ada
beberapa alasan mengapa pendelegasian diperlukan.
1. Pendelegasian memungkinkan manajer
perawat/bidan mencapai hasil yang lebih baik dari pada semua kegiatan ditangani
sendiri.
2. Agar organisasi berjalan lebih
efisien.
3. Pendelegasian memungkinkan manajer
perawat/bidan dapat memusatkan perhatian terhadap tugas-tugas prioritas yang
lebih penting.
4. Dengan pendelegasian, memungkinkan
bawahan untuk tumbuh dan berkembang, bahkan dapat dipergunakan sebagai bahan
informasi untuk belajar dari kesalahan atau keberhasilan.
Manajer perawat/bidan seharusnya lebih cermat dalam
mendelegasikan tugas dan wewenangnya, mengingat kegiatan perawat dan bidan
berhubungan dengan keselamatan orang lain (pasen). Oleh karena itu sebelum mendelegasikan tugas/wewenang hendaknya
dipahami benar tingkat kemampuan dari perawat/bidan yang akan diberikan
delegasi.
D.
Cara
Perawat Melakukan Pendelegasian
1. Membuat perencanaan ke depan dan mencegah
masalah.
2. Menetapkan tujuan dan sasaran yang realistis
3. Menyetujui standar kerja
4. Menyelaraskan tugas atau kewajiban dengan
kemampuan bawahan
5.
Melatih dan mengembangkan staf bawahan dengan memberikan
tugas dan wewenang baik secara tertulis maupun lisan.
6.
Melakukan kontrol dan mengkoordinasikan pekerjaan bawahan
dengan mengukur pencapaian tujuan berdasarkan standar serta memberikan umpan balik
prestasi yang dicapai.
7.
Kunjungi bawahan lebih sering dan dengarkan keluhan -
keluhannya.
8.
Bantu mereka untuk memecahkan masalahnya dengan
memberikan ide ide baru yang bermanfaat.
9. Memberikan ‘reward’
atas hasil yang dicapai.
10. Jangan mengambil kembali
tugas yang sudah didelegasikan.
E. Teknik Pendelegasian
perawat
sampai eksekutif departemen atau kepala unit, dan dari kepala unit sampai Manajer
perawat/bidan pada seluruh tingkatan dapat menyiapkan tugas-tugas yang dapat
didelegasikan dari eksekutif perawat/bidan klinis. Delegasi mencakup kewenangan
untuk persetujuan, rekomendasi atau pelaksanaan. Tugas-tugas seharusnya
dirangking dengan waktu yang diperlukan untuk melaksanakannya dan sebaiknya
satu kewajiban didelegasikan pada satu
waktu.
F.
Hambatan-hambatan
Pendelegasian
Hambatan-hambatan
pada delegator
1.
Kemampuan
yang diragukan oleh dirinya sendiri
2.
Meyakini bahwa seseorang “mengetahui semua rincian”
3.
“Saya
dapat melakukannya lebih baik oleh diri saya sendiri” buah pikiran yang keliru.
4.
Kurangnya pengalaman dalam pekerjaan atau dalam
mendelegasikan
5.
Rasa
tidak aman
6.
Takut tidak disukai
7.
Penolakan
untuk mengakui kesalahan
8.
Kurangnya
kepercayaan pada bawahan
9.
Kesempurnaan,
menyebabkan kontrol yang berlebihan
10. Kurangnya ketrampilan
organisasional dalam menyeimbangkan beban kerja
11. Kegagalan untuk
mendelegasikan kewenangan yang sepadan dengan tanggung jawab.
12. Keseganan untuk mengembangkan bawahan
13. Kegagalan untuk menetapkan kontrol dan tindak lanjut yang efektif.
Hambatan-hambatan padayang diberi delegasi
1.
Kurangnya
pengalaman
2.
Kurangnya
kompetensi
3.
Menghindari
tanggung jawab
4.
Sangat
tergantung dengan boss
5.
Kekacauan
[disorganization]
6.
Kelebihan
beban kerja
7. Terlalu memperhatikan hal
hal yang kurang bermanfaat
Hambatan-hambatan dalam situasi
1.
Kebijakan
tertuju pada satu orang
2.
Tidak
ada toleransi kesalahan
3.
Kekritisan
keputusan
4.
Urgensi, tidak ada waktu untuk menjelaskan [krisis
manajemen]
5.
Kebingungan dalam tanggung jawab dan kewenangan.
6.
Kekurangan
tenaga
Agar pendelegasian menjadi efektif, diperlukan
cara untuk menanggulangi hambatan tersebut diatas, Louis Allen mengemukakan
beberapa teknik khusus untuk membantu manager perawat dan bidan dalam melakukan
delegasi:
1.
Tetapkan
tujuan, perawat/bidan pelaksana harus diberitahu maksud dan pentingnya tugas
yang didelegasikan.
2.
Tegaskan
tanggung jawab dan wewenangnya dan berikan informasi yang jelas apa yang harus
dipertanggungjawabkan serta sumber-sumber yang tersedia untuk pelaksanaan
tugasnya sebagai perawat/bidan
3.
Berikan motivasi dan dorongan agar percaya diri dalam
menerima tanggung jawab.
4.
Meminta penyelesaian tugas yang didelegasikan dalam batas
waktu yang jelas.
5.
Berikan latihan untuk mengembangkan pekerjaannya agar
menjadi lebih baik
6.
Adakan pengawasan yang memadai baik langsung maupun
melalui laporan. Tegaskan kapan laporan harus selesai dan hal-hal yang
diperlukan dalam laporan (singkat dan padat).
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
konfik sebagai masalah internal dan eksternal
yang terjadi sebagai akibat dari perbedaab pendapat, nilai-nilai atau keyakinan
dari dua orang atau lebih. Tipe-tipe koflik ada 2 yaitu konflik tak langsung da
konflik tak langsung.
Penyebab
konflik adalah perilaku menentang, stress, ruang, kewenangan dokter, keyakinan,
nilai dan sarana serta penyebab lain.
Proses konflik adalah konflik laten, konflik
yang dirasakan, konflik yang nampak, revolusi, solision, Konflik aftermath.
Langkah-langkah dalam penyelesaian konflik
adalah pengkajian, identifikasi dan intervensi.
Strategi penyelesaian konflik adalah Negosiasi,
kompetisi, akomodasi, smooting, menghindar dan kolaborasi.
Delegasi wewenang adalah proses dimana
manajer mengalokasikan wewenang kepada bawahannya.
B.
Saran
Sebelum menyelesaikan
konflik perlu mengkaji masalah agar Dalam menyelesaikan masalah konflik dapat
terselesaikan dengan baik diperlukan strategi-strategi yang sudah direncanakan.
Sebagai perawat perlu
melakukan pendelegasian dari perawat sampai eksekutif
departemen atau kepala unit, dan dari kepala unit sampai Manajer perawat/bidan
pada seluruh tingkatan agar menyiapkan tugas-tugas yang dapat didelegasikan
dari eksekutif perawat/bidan klinis.
DAFTAR PUSTAKA
Gillies, DA. 1996. Manajemen Keperawan, Suatu Pendekatan Sistem. W.B Saunders Compani: Philadelphia
Handoko, T.Hani, Dr., MBA., 1997, “Manajemen"
BPFE-Yogyakarta
Swansburg, R.,
1996 , "Management and Leadership for Nurse Manager",
Jones &Bartlet Publishing International
Suarli. S. 2009.Manajemen keperawatan dengan
pendekatan praktis. Jakarta:
Erlangga